Selasa, 24 September 2013

Bab II



Bab 2 : Teori- teori Belajar Awal
Psikolog juga ingin mengembangkan sains pasti seperti fisika dan kimia. Akan tetapi, disiplin ini belum memiliki metode riset yang pasti. Dari sini lahir behaviorisme, yang diperjuangkan oleh pendirinya B.Watson. Tokoh behavior yang lain ialah Pavlov, Skinner dan Thorndike.
A.    Behaviorisme
Di awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru terbentuk sedang mencari arah dan fokus. Studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respons menjadi perspektif dominan. Asumsi utama behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral. Sebagai hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respon yang dikondisikan (CR).
Koneksionisme Edward Thorndike
            Meskipun koneksionisme Edward Thorndike biasanya dirujuk sebagai teori behavioris, ia berbeda dengan pengkondisian klasik, pertama, Thorndike tertarik dengan proses mental, dan hal ini pertama dilakukan dengan eksperimen proses pemikiran binatang, kedua, meriset reaksi refleks.
Thorndike melakukan eksperimen pada sejumlah binantang untuk melihat respon yang  muncul sebagai proses pemecahan masalah pada binatang. Dalam eksperimen, hewan dikurung dengan makanan diletakkan diluar atau dikotak tertutup. Didalam kandang terdapat tuas yang bila disentuh dapat membuka kandang, dan hewan dapat lolos untuk mengambil makanan. Tugas hewan adalah membuka kotak atau sangkar untuk mendapatkan makanan. Ketika dikurung, hewan sering melakukan berbagai perilaku, seperti mencakar, menggigit dan menggesek-gesekkan badan ke sisi sangkar. Tidak lama hewan akan menekan tuas dan bisa keluar untuk mendapatkan makanan.
Thorndike mengemukakan HUKUM BELAJAR, respons yang tepat pelan-pelan akan “tertanam” atau menguat dan respons yang tidak tepat akan melemah atau “terkikis”. Dengan kata lain, pemecahan masalah-masalah adalah melibatkan pembentukan asosiasi atau koneksi antara stimulus (masalah) dan respons yang tepat. Ada 2 hukum Thorndike, pertama law of effect ( keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang negatif akan melemahkan perilaku tersebut), kedua law of exercise (pengulangan atau repitisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar.
B.     Psikologi Gestalt
Kemudian muncul aliran psikologi lain yang dinamakan Psikologi Gestalt. Psikologi Gestalt berfungsi sebagai penentang behaviorisme di pertengahan abad ke-20. Psikolog Gestalt berpendapat bahwa yang diteliti seharusnya perilaku molar, bukan molecular. Psikolog Gestalt berfokus pada persepsi dalam belajar. Gestalt berpendapat bahwa tugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individusecara psikologis  memahami atau mempersepsi lingkungan geografis. Mereka mendefenisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian stimuli yang diamati dimana pengamat memberikan makna kepada serangkaian stimuli. Kemudian tidak lupa memperhatikan karakteristik dari tampilan stimulus yang mempengaruhi persepsi. Hukum Gestalt dasar, yakni Hukum Pragnanz.
Psikologi Gestalt memberi kontribusi beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah. Mungkin yang paling terkenal adalah konsep pemahaman (wawasan) yang melibatkan persepsi manusia untuk “melihat” solusi. Kontribusi lainnya adalah pembedaan oleh Wertheimer atas belajar arbiter (tanpa makna) dan belajar bermakna, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemecahan masalah. Didalamnya mencakup pengidentifikasian masalah untuk menyusun solusi yang memiliki nilai fungsional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar