Bab 2 : Teori- teori Belajar Awal
Psikolog
juga ingin mengembangkan sains pasti seperti fisika dan kimia. Akan tetapi,
disiplin ini belum memiliki metode riset yang pasti. Dari sini lahir
behaviorisme, yang diperjuangkan oleh pendirinya B.Watson. Tokoh behavior yang
lain ialah Pavlov, Skinner dan Thorndike.
A. Behaviorisme
Di
awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru terbentuk sedang mencari arah dan
fokus. Studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara
stimuli dan respons menjadi perspektif dominan. Asumsi utama behaviorisme
adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus
dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral.
Sebagai hasilnya, stimulus yang dikondisikan (CS) akan menimbulkan respon
yang dikondisikan (CR).
Koneksionisme
Edward Thorndike
Meskipun koneksionisme Edward Thorndike biasanya dirujuk
sebagai teori behavioris, ia berbeda dengan pengkondisian klasik, pertama,
Thorndike tertarik dengan proses mental, dan hal ini pertama dilakukan dengan
eksperimen proses pemikiran binatang, kedua, meriset reaksi refleks.
Thorndike
melakukan eksperimen pada sejumlah binantang untuk melihat respon yang muncul sebagai proses pemecahan masalah pada
binatang. Dalam eksperimen, hewan dikurung dengan makanan diletakkan diluar
atau dikotak tertutup. Didalam kandang terdapat tuas yang bila disentuh dapat
membuka kandang, dan hewan dapat lolos untuk mengambil makanan. Tugas hewan
adalah membuka kotak atau sangkar untuk mendapatkan makanan. Ketika dikurung,
hewan sering melakukan berbagai perilaku, seperti mencakar, menggigit dan
menggesek-gesekkan badan ke sisi sangkar. Tidak lama hewan akan menekan tuas
dan bisa keluar untuk mendapatkan makanan.
Thorndike
mengemukakan HUKUM BELAJAR, respons
yang tepat pelan-pelan akan “tertanam” atau menguat dan respons yang tidak
tepat akan melemah atau “terkikis”. Dengan kata lain, pemecahan masalah-masalah
adalah melibatkan pembentukan asosiasi atau koneksi antara stimulus (masalah)
dan respons yang tepat. Ada 2 hukum
Thorndike, pertama law of effect
( keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara
stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang negatif akan melemahkan
perilaku tersebut), kedua law of exercise
(pengulangan atau repitisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons
yang benar.
B. Psikologi Gestalt
Kemudian
muncul aliran psikologi lain yang dinamakan Psikologi Gestalt. Psikologi
Gestalt berfungsi sebagai penentang behaviorisme di pertengahan abad ke-20.
Psikolog Gestalt berpendapat bahwa yang diteliti seharusnya perilaku molar, bukan molecular. Psikolog Gestalt
berfokus pada persepsi dalam belajar. Gestalt berpendapat bahwa tugas utama psikologi adalah mengetahui
bagaimana individusecara psikologis
memahami atau mempersepsi lingkungan geografis. Mereka mendefenisikan persepsi sebagai proses
pengorganisasian stimuli yang diamati dimana pengamat memberikan makna kepada
serangkaian stimuli. Kemudian tidak lupa memperhatikan karakteristik dari
tampilan stimulus yang mempengaruhi persepsi. Hukum Gestalt dasar, yakni Hukum
Pragnanz.
Psikologi Gestalt
memberi kontribusi beberapa konsep untuk memahami pemecahan masalah. Mungkin
yang paling terkenal adalah konsep pemahaman (wawasan) yang melibatkan persepsi
manusia untuk “melihat” solusi. Kontribusi lainnya adalah pembedaan oleh
Wertheimer atas belajar arbiter (tanpa makna) dan belajar bermakna, dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemecahan masalah. Didalamnya mencakup
pengidentifikasian masalah untuk menyusun solusi yang memiliki nilai fungsional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar